Destinasi Unik Itu Bernama Bandara

Di bandara, kita tak sekadar singgah, ada “kehidupan menunggu” yang juga menarik untuk di eksplorasi. Menunggu di bandara memerlukan seni, terutama ketika terjadi penundaan atau durasi transit yang lama untuk melanjutkan penerbangan. Gara-gara ketinggalan penerbangan Chicago – Jepang di O’hare Airport beberapa belas tahun lalu karena kesalahan kecil seorang petugas bandara, saya justru menemukan keasyikan mengeksplorasi bandara tak ubahnya sebuah destinasi.

Lambat laun, bandara buat saya bukan sekadar “gerbang datang-pergi”, melainkan “destinasi” sendiri dalam perjalanan. Saya menemukan keasyikan dalam menunggu yang justru membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan.

Destinasi Unik Itu Bernama Bandara

Beberapa bandara terbaik di dunia menyulap bandara menjadi destinasi wisata bagi para penumpang yang menunggu. Changi Airport, Incheon International Airport, Schiphol Airport adalah beberapa bandara yang menyediakan beragam fasilitas unik dan menarik bagi para “penunggu”.

Di Changi Airport, misalnya, setiap terminal memiliki konsep berbeda. Fasilitas-fasilitas yang disediakan pun tak main-main. Mulai dari entertainment deck yang memanjakan penggemar games, movies theatre yang menayangkan film-film blockbuster, kolam renang, pijat kaki, museum aviator, taman dengan beragam konsep—Butterfly Garden, Sunflower Garden, dan Cactus Garden, sampai dengan wahana The Slide yang biasanya kita temukan di taman bermain (amusement park). Semua itu bisa kita nikmati tanpa mengeluarkan biaya satu rupiah pun.

Selagi berada di Changi Airport, saya sengaja menunggu pukul 8 pagi untuk masuk ke Butterfly Garden di Terminal 3. Pada pagi hari, selain masih sepi pengunjung dan kupu-kupu mulai keluar mencari makan, kita pun diizinkan membantu petugas melepaskan kupu-kupu yang sudah keluar dari kepompong ke taman bunga. Mengunjungi Butterfly Garden pada pagi hari adalah salah satu kegiatan favorit saya di Changi.
Changi Airport
Berbeda lagi sewaktu di Hong Kong International Airport. Dalam perjalanan bisnis menuju Beijing, Cathay Pacific mengharuskan penumpang transit di Hong Kong sekitar lima jam. Kebetulan saat itu, bandara ini sedang menggelar museum pop-up kebudayaan Tiongkok. Museum tersebut selain menampilkan artefak, pakaian, dan kendaraan tradisional Tiongkok, juga memajang foto-foto lama yang membuat pengunjung (yang sebagian besar orang asing) bisa melihat perkembangan budaya Tiongkok.
Hong Kong International Airport
Schiphol Airport di Amsterdam memiliki Panorama Terrace dan lokasi Plane Spotting di runway 18R-36L dan 09-27 yang membuat anak kecil dalam diri saya kegirangan. Di tempat-tempat ini, saya menyaksikan dua pemandangan fantastik sekaligus klasik lapangan terbang. pesawat dari berbagai maskapai di seluruh dunia berjejer di platform masing-masing serta menyaksikan pesawat lepas landas dan mendarat dari jarak dekat!
Schiphol Airport
Transit Panjang Berhadiah Tur

Bandara-bandara yang menjadi The Hub poros biasanya memiliki “fasilitas” yang hanya bisa dinikmati para “penunggu”. Durasi transit yang panjang bisa menjadi “tiket” untuk mengeksplorasi negara transit penerbangan kita.

Pada perjalanan bisnis menuju Frankfurt, saya harus transit di Dubai lebih dari sembilan jam. Saat itu saya menggunakan Emirates. Salah satu layanan stopover/transit yang dimiliki maskapai ini adalah city tour. Tur yang mereka berikan beragam, disesuaikan dengan durasi transit atau stopover penumpang sehingga tak perlu mengkhawatirkan soal ketinggalan pesawat.

Tur yang saya ikuti untuk durasi transit sembilan jam membawa berkeliling kota Dubai, mengunjungi beberapa tempat terkenal dan bersejarah, seperti Burj Khalifa, Jumeirah, Museum Dubai, hingga Bur Dubai (area kota tua) dan Deira (area modern). Sebelum keberangkatan, sebaiknya cari tahu soal prosedur yang harus dipenuhi untuk mendapatkan fasilitas tur. Bila maskapai yang ditumpangi tak memberikan layanan ini, banyak city tour singkat lain di area kedatangan yang bisa diikuti.
Dubai Airport
Selain itu, bagi para penumpang yang transit lebih dari empat jam, Dubai Airport memberikan kupon makan yang diterima di lima restoran. Kupon bisa diambil di Transfer Desk H2 ( lokasi Airside).

Lain Dubai, lain pula Schiphol. Bila waktu transit di Schiphol lebih dari 4 jam, cobalah tur berkeliling area bandara dengan sepeda. Jalur sepeda yang dibuat memang dirancang untuk para penumpang mengeskplorasi lingkungan di sekitar Schiphol selagi menunggu.

Changi Airport adalah salah satu bandara yang sangat memanjakan para “penunggu”. Changi memberikan layanan free sightseeing tour selama 2 jam bagi mereka yang transit minimal lima jam. Fasilitas city tour Changi ini mengajak para penumpang transit mengeksplorasi kota dengan bus, melihat-lihat China Town, berjalan-jalan di tepian sungai dan mengarunginya dengan pemandu wisata, lalu membawa kita kembali ke bandara. Semua itu gratis!

Jelajah Lidah di Bandara

Beberapa bandara mematahkan anggapan bahwa makanan di bandara tak enak dan mahal.

Di Seoul, pada hari kepulangan, saya sengaja tiba di Incheon International Airport beberapa jam lebih awal hanya untuk sarapan di salah satu kafe. Teman Korea saya memberi tahu bahwa kafe kegemaran orang Korea untuk sarapan membuka gerai di Incheon. Karena selama berada di Seoul saya sama sekali tak sempat mencoba sarapan di kafe favorit penduduk lokal ini, saya memutuskan mencobanya di bandara. Selain enak, tak setiap saat kita bisa sarapan sambil menikmati pemandangan runway pesawat, kan?
Incheon International Airport
Tak hanya restoran atau kafe di area transit yang memanjakan indra perasa kita. Di Changi, seorang teman pejalan memberi tahu bahwa kantin pegawai Changi menyajikan beragam makanan lokal—peranakan, India, sampai Melayu—yang enak dan murah. Di Area bandaranya sendiri, ada 24Hr Food Gallery dan Singapore Food Street yang menyajikan beragam kuliner lokal Singapore. Sedangkan untuk para “penunggu” yang menggemari makanan sehat, Changi memiliki Green Market!

Berburu kuliner di Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand, juga tak kalah seru. Setiap concourse-nya menyajikan beragam kuliner. Concourse Timur (A, B, C, dan sisi timur D) yang diduduki Japan Airlines dan Thai Airways merupakan rumah bagi beberapa restoran Asia, sedangkan Concourse Barat (E, F, dan sisi barat D ) menawarkan masakan bergaya Eropa karena merupakan gerbang ke Eropa dan Amerika. Sementara sebagian besar toko belanja tutup pada tengah malam, semua tempat makan beroperasi 24 jam di area ini!

Kata siapa kita tak bisa berwisata kuliner di bandara?

Surga Belanja

Bebas pajak menjadikan bandara sebagai surga belanja, entah itu untuk produk makanan, kecantikan, fashion, elektronik, sampai buku! Saya selalu menemukan kesenangan tersendiri berburu buku-buku di toko buku-toko buku di bandara luar negeri. Koleksi buku mereka beragam dan tak ketinggalan. Tak hanya buku, peralatan traveling pun terkadang lebih lengkap dan beragam di bandara.

Manfaatkan Fasilitas Kartu Kredit

Memang, tidak semua bandara seperti Changi yang memiliki Snooze lounge—area tidur pagi para “penunggu”. Ketika lelah dan butuh tempat menunggu yang lebih nyaman daripada bangku-bangku yang disediakan bandara, lounge bisa menjadi salah satu alternatif. Selain menyediakan beragam fasilitas, seperti wifi dan buffet kudapan, beberapa lounge juga menyediakan hiburan untuk membunuh jenuh.

Kartu kredit biasanya memberikan fasilitas untuk mengakses beberapa lounge dengan biaya lebih murah bahkan gratis kepada pemegangnya. Saya sering memanfaatkan ini ketika membutuhkan tempat yang lebih nyaman selagi menunggu di bandara yang minim fasilitas.

Hotel Transit: Kemewahan Tersembunyi

Ingin merasakan tidur dan terbangun dengan menyaksikan pemandangan runway pesawat dan kesibukan di lapangan terbang? Cobalah hotel transit yang lokasinya berada di dalam bandara.

Bermalam di hotel transit Changi adalah salah satu pengalaman menginap paling berkesan buat saya. Kamar transit hotel saya memiliki dinding kaca yang menyajikan pemandangan runway pesawat Singapore Airlines. Dari kamar ini, saya bisa menyaksikan kesibukan yang terjadi di salah satu bandara terbaik di dunia. Kalau saya membuang pandangan ke bagian bawah jendela, terlihat Koi Pond yang membentang di area Terminal 3.

Hotel ini kedap suara sehingga bisingnya suara pesawat yang tinggal landas atau mendarat tak akan mengganggu istirahat kita.

Talk to Strangers!

Langgar aturan tidak berbicara dengan orang asing. Di bandara, luangkan waktu untuk menciptakan percakapan dengan sesama “penunggu”. Lewat percakapan ini, saya menemukan kawan bahkan cerita-cerita menarik yang membekas di ingatan sampai hari ini. Percakapan dengan seorang nenek, pelayan restoran Cina di O’hare Airport, Chicago, AS mengubah cara pandang saya tentang perjalanan dan pulang sekaligus menginspirasi saya menulis sebuah kisah yang menjadi cikal bakal Life Traveler; buku perjalanan saya. Percakapan kami membuat saya menghargai hal-hal sederhana yang saya temui selagi menunggu, yang meninggalkan kesan mendalam di perjalanan saya; my travel never felt so good!

Oleh: Windy Ariestanty

Labels: